cover
Contact Name
Jaya Pramana
Contact Email
jayapram@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
support@majalahpatologiindonesia.com
Editorial Address
Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jl. Salemba Raya 6, Tromol Pos 3225, Jakarta 10002
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Majalah Patologi Indonesia
ISSN : 02157284     EISSN : 25279106     DOI : https://doi.org/10.55816/
Core Subject : Health,
Majalah Patologi Indonesia (MPI) digunakan sebagai wahana publikasi hasil penelitian, tinjauan pustaka, laporan kasus dan ulasan berbagai aspek di bidang patologi manusia. Tujuannya ialah menghadirkan forum bagi permakluman dan pemahaman aneka proses patologik serta evaluasi berbagai penerapan cara diagnostik sejalan dengan kemajuan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu juga untuk merangsang publikasi barbagai informasi baru/mutakhir.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 28 No 3 (2019): MPI" : 8 Documents clear
Korelasi Ekspresi MMP-9 dengan Derajat Histologik dan Faktor Karakteristik Derajat Histologik pada Karsinoma Payudara Invasif Yolanda Isabela Simon; A.A.A.N Susraini; Moestikaningsih
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.61 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangDerajat histologik dan ekspresi MMP-9 pada karsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik merupakan faktorprognosis, namun hubungan antara derajat histologik dengan ekspresi MMP-9 masih menimbulkan perdebatan.Tujuan penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan antara ekspresi MMP-9 dengan derajat histologikdan untuk mengetahui faktor karakteristik derajat histologik yang dominan terhadap ekspresi MMP-9 padakarsinoma payudara.MetodePenelitian ini menggunakan metode analitik potong lintang. Sampel penelitian adalah sediaan blok parafinkarsinoma payudara invasif tipe tidak spesifik derajat histologik I, II, dan III di Bagian/SMF Patologi AnatomikFakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar sejak tanggal 1 Januari 2013 sampaidengan 31 Juli 2016. Dilakukan rediagnosis pada 47 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yangterdiri dari 7 kasus derajat histologik I, 18 kasus derajat histologik II, dan 22 kasus derajat histologik III.Dilakukan pulasan imunohistokimia untuk MMP-9, kemudian ekspresinya dihubungkan dengan derajathistologik dan masing-masing karakteristik derajat histologik.HasilEkspresi MMP-9 pada derajat histologik I 2,1% (n=1), pada derajat histologik II 19,2% (n=9), dan pada derajathistologik III 36,2% (n=17). Uji Chi-square menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,010) antara derajathistologik dengan ekspresi MMP-9. Uji regresi logistik menunjukkan hasil yang bermakna adalah hitung mitosis(p=0,012), sedangkan formasi tubular dan pleomorfik inti tidak bermakna secara statistik (p>0,05).KesimpulanEkspresi MMP-9 yang tinggi berhubungan dengan derajat histologik yang tinggi sehingga perlu dilakukanpemeriksaan ekspresi MMP-9 untuk menentukan tingkat agresivitas tumor dan merencanakan terapi yangefektif.
Hubungan Ekspresi Reseptor Progesteron dan Ki-67 Labeling Index dengan Derajat Histopatologik Meningioma Dwi Sri Rejeki; Salmiah Agus; Yuliarni Syafrita
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.555 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangMeningioma adalah tumor yang berasal dari sel meningotel (arachnoid) yang menempel pada duramater.Tumor ini merupakan tumor terbanyak kedua pada susunan saraf pusat, terbanyak pada perempuan. Semuaderajat meningioma berisiko untuk terjadi rekurensi, sayangnya perilaku biologik dari meningioma tidak dapatdilihat hanya dari gambaran histopatologik saja. Pada banyak penelitian jenis tumor lain menunjukkan bahwareseptor progesteron mempengaruhi derajat histologik. Dikatakan Ki-67 LI berperan penting dalam menentukanrisiko rekurensi pada derajat histologik meningioma. Dengan demikian maka pada meningioma diperlukanpemeriksaan reseptor progesteron dan Ki-67 LI untuk melihat perangai dari sel tumor yang dapat menentukanterapi dan prognosis.MetodePenelitian menggunakan metode cross-sectional study. Sampel penelitian ini penderita meningioma di 5Laboratorium Patologi Anatomik Sumatra Barat. Didapatkan sebanyak 64 kasus meningioma didapatkanselama Januari 2012 sampai Desember 2015, dan 35 sampel diambil yang memenuhi kriteria inklusi. Dilakukanpemeriksaan imunohistokimia menggunakan antibodi yang spesifik dengan reseptor progesteron dan Ki-67.Analisis statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis Test dan dianggap bermakna bila p<0,05.HasilSebanyak 35 sampel, 29 sampel (82,9%) dikelompokkan pada meningioma derajat I, 4 sampel (11,4%)dikelompokkan pada meningioma derajat II dan 2 sampel (5,7%) dikelompokkan pada meningioma derajat III.Meningioma paling banyak ditemukan pada kelompok usia 41-50 tahun, jenis kelamin perempuan dan derajathistopatologik derajat I.KesimpulanTidak terdapat perbedaan ekspresi reseptor progesteron pada derajat histopatologik meningioma. Tidakterdapat perbedaan ekspresi Ki-67 LI pada derajat histopatologik meningioma. Terdapat hubungan terbalikantara ekspresi reseptor progesteron dan Ki-67 LI pada derajat histopatologik meningioma.
Hubungan Jumlah Sel Mast dengan Tampilan Ekspresi Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) pada Cutaneous Squamous Cell Carcinoma Edi Kerina Sembiring,; Delyuzar; Soekimin
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.943 KB)

Abstract

BackgroundThe most common non-melanocytic skin cancers are basalioma and squamous cell carcinoma. Squamouscell carcinoma is a malignancy of squamous epithelium. Mast cells stimulate neovascularization andangiogenesis in multiple tumors. One of the main factors of angiogenesis in squamous cell carcinoma isthe Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF). The aim of this study is to investigate the associationbetween number of mast cells with the expression of VEGF of cutaneous squamous cell carcinoma.MethodsThis is an analytical descriptive study with cross sectional approach. The sample of this study are paraffinblocks of skin tissue which diagnose histopathologically as squamous cell carcinoma. Then the sampleswill be stained with immunohistochemistry CD117 (Novocastra®) to count the number of mast cells andVEGF (Dako®) to see angiogenesis. Their expression will be analyzed with Fisher’s Exact Test statisticalanalysis to investigate the association between number of mast cells with expression of VEGF ofcutaneous squamous cell carcinoma.ResultsThe number of mast cells ≥15 cells were 7 cases (23.3%). Expressed VEGF positive expression in 30cases (100%). Suitability test Fischer's Exact Test has value not significant (p> 0.05).ConclusionThere is no conformance relationship between the number of mast cells with VEGF expression of p-value.
Hubungan Ekspresi Ki-67 dan E-Cadherin dengan Kedalaman Invasi Melanoma Malignum Berdasarkan Clark Level Santy Saberko; Salmiah Agus; Satya Wydya Yenny
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.33 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangMelanoma malignum (MM) adalah keganasan yang berasal dari sistem melanosit kulit. Tumor inimerupakan tumor paling agresif dari semua keganasan kulit. Tumor dengan ukuran kecil dapat mengalamiinvasi dan metastasis dengan prognosis buruk. Kedalaman invasi MM berdasarkan Clark level merupakansalah satu faktor prognosis penting untuk menentukan ketahanan hidup pasien. Penentuan invasiberdasarkan Clark level ini bersifat subjektif maka diperlukan pemeriksaan yang lebih objektif sepertipemeriksaan imuhistokimia Ki-67 dan E-cadherin. Pemeriksaan ini diharapkan mampu melihat risikometastasis pada MM. Proliferasi sel merupakan kunci utama progresi tumor dan dapat diukur denganpemeriksaan ekspresi Ki-67. E-Cadherin merupakan salah satu protein transmembran yang memiliki peranpenting dalam proses metastasis tumor. Tujuan penelitian ini untuk menilai ekspresi Ki-67 dan E-Cadherinpada kedalaman invasi MM berdasarkan Clark level HasilEkspresi Ki-67 positif ditemukan pada 42 kasus di mana rerata ekspresi Ki-67 pada Clark level II yaitu12,17%, Clark level III 39,38%, Clark level IV 57,63% dan Clark level V 64,44%. Ekspresi E-Cadherinpositif pada Clark level II sedangkan pada Clark level III, IV dan V sebagian besar ekspresi E-Cadherinnegatif. Melanoma malignum paling banyak ditemukan pada kelompok usia 60-79 tahun, jenis kelaminlaki-laki, subtipe histopatologik nodular melanoma dan kedalaman invasi Clark level IV. Terdapathubungan bermakna antara ekspresi Ki-67 dan E-Cadherin dengan kedalaman invasi berdasarkan Clarklevel p=0,001.KesimpulanEkspresi Ki-67 berbanding lurus dan ekspresi E-Cadherin berbanding terbalik dengan kedalaman invasimelanoma malignum berdasarkan Clark level. Ekspresi Ki-67 dan E-Cadherin mampu memprediksi risikometastasis pada melanoma malignum.
Ekspresi Bcl-2 pada Karsinoma Urotelial Kandung Kemih dan Hubungannya dengan Berbagai Faktor Prognosis Hendy Setyo Yudhanto; Budiana Tanurahardja; Puspita Eka Wuyung
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.187 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangKarsinoma urotelial kandung kemih merupakan kasus terbanyak di organ kandung kemih mencapai 90% kasus.Stadium dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu non invasif jika belum menembus lapisan muskularis dan invasifjika sudah menembus lapisan muskularis. Kesintasan 5 tahun tergantung dari derajat keganasan dan stadium.Derajat keganasan rendah dan belum invasi muskuler dapat mencapai 90%, tetapi angka rekurensi berkisar40-60%. Derajat keganasan tinggi dan sudah invasi hanya berkisar 10-17%. Mitosis dan invasi limfovaskulerberhubungan dengan angka rekurensi tinggi. Namun masih terdapat kontroversial terhadap ekspresi Bcl-2 padakarsinoma urotelial kandung kemih. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan ekspresi Bcl-2 dengan 4faktor yang berhubungan dengan prognosis yaitu derajat keganasan, stadium, mitosis, dan invasi limfovaskuler.MetodeDilakukan penelitian deskriptif analitik secara potong lintang pada karsinoma urotelial kandung kemih tahun2010-2014 di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Didapatkan 21 kasus derajat keganasan rendah dan21 kasus derajat keganasan tinggi. Dilakukan pulasan Bcl-2 pada seluruh kasus dan dihitung persentasenyadan dilakukan skoring 0-3.HasilUsia terbanyak pada dekade 5 sebanyak 27 kasus. Didapatkan 4 kasus ditemukan invasi limfovaskuler.Penelitian ini mendapatkanhubungan antara mitosis dengan derajat keganasan (p:0,00) dengan koefisienkorelasi 0,512 Penelitian ini mendapatkan hampir seluruh kasus mengekspresikan Bcl-2 (39 dari 42 kasus), 1kasus tidak mengekspresikan dan 2 kasus mengekpresikan sedikit. Tidak didapatkan perbedaan antaraekspresi Bcl-2 dengan derajat keganasan (p:0,232), stadium (p:0,455), mitosis (p:0,835), dan invasilimfovaskuler (p:0,087).
Hubungan Ekspresi Matriks Metaloproteinase-9 dengan Jenis Histopatologi Karsinoma Serviks dan Invasi Limfovaskular Meta Oktora; Salmiah Agus; Pelsi Sulaini
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.062 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangMetriks metaloproteinase 9 (MMP-9) merupakan enzim proteolitik yang diduga berperan penting dalamprogresivitas suatu keganasan khususnya pada serviks. Adanya invasi limfovaskular (LVI) dan ekspresi MMP-9yang tinggi akan menyebabkan proses degradasi jaringan serviks menjadi lebih cepat dan mempermudahproses metastasis. Jenis adenokarsinoma diduga memiliki prognostik yang buruk dibanding karsinoma selskuamosa (KSS). Penelitian ini bertujuan untuk melihat persentase ekspresi MMP-9 dan hubungannya denganjenis histopatologik karsinoma serviks dan invasi tumor limfovaskular.MetodePenelitian ini menggunakan metode analitik potong lintang. Sampel pada penelitian ini sebanyak 36 kasus yangterdiri atas 18 sampel KSS dan 18 sampel adenokarsinoma. Sampel diperoleh dari blok parafin yang berasaldari tindakan operasi atau biopsi di laboratorium Patologi Anatomik yang berada di Sumatera Barat. Sediaan direview dan dinilai invasi tumor limfovaskular. Pewarnaan imunohistokimia dilakukan dengan antibodi primerMMP-9, kemudian ekspresinya dinilai pada stroma dan sitoplasma sel.HasilEkspresi MMP-9 ditemukan positif sebanyak 80,6% pada semua sampel, di mana 41,1% pada KSS dan 58,6%pada adenokarsinoma serviks. Rerata ekspresi MMP-9 pada KSS 17,4 dan pada adenokarsinoma 19,56.Ekspresi MMP-9 positif pada semua sampel dengan LVI.KesimpulanTidak terdapat hubungan ekspresi MMP-9 dengan jenis histopatologi karsinoma serviks (p=0,088) dan LVI(p=0,566). Rata-rata ekspresi MMP-9 tinggi pada jenis adenokarsinoma, tetapi secara statistik tidak terdapatperbedaan yang bermakna (p=0,563).
Akurasi Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction Menggunakan Primer IS6110 dan MPB64 untuk Mendeteksi Mycobacterium tuberculosis pada Spesimen Formalin-Fixed Paraffin-Embedded Timotius Benedict Djitro; Faramitha Nur Izzaty; Nur Rahadiani
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.438 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangTantangan yang dihadapi dalam mengontrol penyakit tuberculosis (TB) adalah ketersediaan alat diagnostikyang cepat dan tepat. Pemeriksaan baku emas untuk diagnosis TB saat ini adalah kultur bakteri tahan asam,tetapi metode ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat digunakan pada jaringan yang telah difiksasidengan formalin. Pemeriksaan PCR memliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, membutuhkan waktu yanglebih singkat dibanding kultur, serta dapat digunakan pada jaringan yang telah difiksasi dengan formalin.Laporan ini bertujuan mengetahui akurasi pemeriksaan PCR menggunakan primer IS6110 dan MPB64 untukmendeteksi M.tuberculosis pada spesimen FFPE (formalin-fixed paraffin-embedded).MetodeDilakukan pencarian literatur pada basis data Pubmed, Scopus, Proquest, Springer Link dan Cochrane.Terdapat dua jurnal yang relevan dengan kasus, lalu dilakukan telaah kritis menggunakan Diagnostic StudyAppraisal Worksheet dari Centre for Evidence-based Medicine, University of Oxford, 2010.HasilDari kedua jurnal, akurasi PCR dengan primer IS6110 dan MPB64 saat ini masih kurang baik, Sensitivitasberkisar antara 45,5-88,9%, spesifisitas antara 88,1-100%. Rentang nilai sensitivitas yang luas ini kemungkinandisebabkan oleh volume dan proses embedding jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan integritas DNAM.tuberculosis.KesimpulanPemeriksaan PCR dengan primer IS6110 dan MPB64 dapat digunakan sebagai konfirmasi pada spesimenFFPE karena nilai spesifisitas yang tinggi dari pemeriksaan ini. Nilai sensitivitas yang bervariasi berisikomenghasilkan negatif palsu apabila tidak ada pemeriksaan lain yang digunakan bersama dengan PCR padaspesimen FFPE.
Hubungan Ekspresi Imunohistokimia Cyclooxygenase-2 (COX-2) dengan Derajat Histopatologi Meningioma Indri Mahrani; Delyuzar; Joko S. Lukito
Majalah Patologi Indonesia Vol 28 No 3 (2019): MPI
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.952 KB)

Abstract

ABSTRAKLatar belakangMeningioma adalah neoplasma intrakranial primer yang umum pada orang dewasa, berasal dari sel arachnoid(meningothelial). Gambaran histologis meningioma adalah prediktor penting untuk perilaku tumor.Cyclooxygenase-2 (COX-2) adalah enzim yang diekspresikan dalam berbagai jenis tumor dan diketahui terkaitdengan perilaku ganas tumor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi ekspresi imunohistokimia COX-2pada meningioma dan mencari hubungannya dengan derajat histopatologik.MetodePenelitian Ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian iniadalah 22 blok parafin dengan diagnosis meningioma yang ditentukan derajat histopatologiknya dan diwarnaidengan imunohistokimia COX-2. Penilaian dilihat berdasarkan intensitas warna dan persentase sel yangterwarnai pada sitoplasma. Intensitas warna: 1 (lemah), 2 (sedang), 3 (kuat). Persentasi sel yang positif=0(0%), 1 (<10%), 2 (10-50%), 3 (>50%). Penilaian merupakan penjumlahan intensitas warna dan persentasipositif (>4), negatif (<4).HasilDuapuluh dua kasus meningioma: usia rerata=41 tahun, perempuan=90,9%, meningothelial=22,7%, derajatI=77,3%). Ekspresinya. COX-2: negatif: 17 kasus (77,3%) semuanya merupakan derajat I. COX-2 positif: 5kasus (22,7%) (4 kasus derajat II, 1 kasus derajat III). Ekspresi COX-2 pada meningioma berhubungan denganderajat histopatologik berdasarkan WHO (p=0,001).KesimpulanPada penelitian ini terdapat hubungan antara ekspresi imunohistokimia COX-2 dengan derajat histopatologik, dimana COX-2 lebih terekspresi pada derajat II dan III.

Page 1 of 1 | Total Record : 8